Dalam dunia digital marketing, setiap rupiah yang dikeluarkan untuk iklan harus menghasilkan dampak. Di sinilah peran penting dari performance marketing. Berbeda dengan pemasaran konvensional yang fokus pada jangkauan dan awareness, performance marketing berorientasi pada hasil yang terukur: klik, leads, penjualan, dan yang paling krusial—ROAS (Return on Ad Spend).
Tapi banyak brand dan bisnis yang frustasi. Mereka sudah beriklan habis-habisan, tapi hasilnya nggak sebanding. ROAS mentok, budget habis, dan akhirnya menyalahkan platform. Padahal sering kali, masalahnya ada di strategi.
Berikut ini adalah 5 strategi performance marketing yang bisa kamu terapkan untuk meningkatkan ROAS secara signifikan.
1. Targeting Super Presisi dengan Data yang Sudah Kamu Punya
Kunci dari performance marketing yang sukses adalah menargetkan orang yang tepat, bukan sebanyak-banyaknya orang.
Alih-alih membidik audiens yang luas dan “semoga ada yang klik”, gunakan data dari pelangganmu sendiri. Tools seperti Facebook Custom Audience, Google Customer Match, atau integrasi CRM dengan iklan bisa memanfaatkan:
- Data pelanggan (email/nomor HP)
- Data pengunjung website (via pixel)
- Aktivitas aplikasi (jika kamu punya app)
Dengan data ini, kamu bisa:
- Membuat lookalike audience dari pelanggan terbaikmu
- Menarget ulang (retargeting) mereka yang belum konversi
- Menyesuaikan pesan iklan untuk tiap segmen
Studi kasus: Salah satu brand fashion lokal meningkatkan ROAS 3x lipat hanya dengan memecah audiens menjadi 3 segmen: pelanggan setia, pelanggan sekali beli, dan belum pernah beli. Masing-masing segmen dikasih iklan berbeda, dan hasilnya luar biasa.
2. Bangun Funnel Iklan yang Terstruktur
Banyak bisnis gagal karena mengharapkan orang langsung beli dari iklan pertama. Padahal, konversi jarang terjadi di sentuhan pertama.
Bangun funnel iklan yang mengarahkan calon pembeli dari:
- Awareness (kenal dulu): konten edukasi, inspiratif, atau storytelling
- Consideration (mulai tertarik): testimoni, review, social proof
- Conversion (baru jualan): penawaran, diskon, atau urgency
Tools seperti Facebook Ads Manager atau Google Ads memungkinkan kamu mengatur campaign berdasarkan funnel ini. Selain itu, kamu bisa menggunakan sequential retargeting: orang yang menonton video kamu 50% akan melihat iklan testimoni, lalu mereka yang klik akan dapat penawaran eksklusif.
Tips: Selalu ukur di setiap tahap. Jangan hanya lihat “berapa banyak yang beli”, tapi juga “berapa banyak yang tertarik, lalu berapa yang hampir beli”. Ini bisa bantu kamu tahu di mana bottleneck-nya.
3. Lakukan Split Test Secara Teratur
Kampanye terbaik pun tidak datang dari ide yang brilian, tapi dari proses eksperimen yang konsisten. Inilah mengapa split testing sangat krusial.
Apa yang bisa diuji?
- Headline iklan
- Gambar/video
- CTA (call to action)
- Format iklan (carousel vs single image)
- Copywriting panjang vs pendek
Setelah menjalankan tes, matikan iklan yang performanya buruk, lalu alokasikan budget ke versi terbaik.
Framework: Jalankan minimal 3-5 variasi iklan dalam satu ad set. Setelah 3 hari, evaluasi berdasarkan CTR, conversion rate, dan ROAS. Lanjutkan yang perform-nya bagus, modifikasi yang kurang.
Fun fact: Banyak marketer pemula kehabisan uang di iklan karena terlalu percaya diri dengan satu versi iklan.
4. Optimalkan Landing Page untuk Konversi, Bukan Estetika
Iklan kamu mungkin menarik. Tapi kalau landing page-nya bikin frustrasi, konversi tetap nol.
Faktor penting landing page yang bisa mempengaruhi ROAS:
- Kecepatan loading: harus < 3 detik
- CTA jelas: tombol “Beli Sekarang” atau “Dapatkan Diskon” yang terlihat langsung
- Struktur mudah dibaca: manfaat utama, harga, testimoni, dan opsi pembayaran
- Mobile-first: pastikan tampil optimal di smartphone
Gunakan tools seperti Hotjar, Google Analytics, atau Microsoft Clarity untuk menganalisis bagaimana pengunjung berinteraksi dengan halamanmu.
Studi kasus: Satu perusahaan SaaS meningkatkan conversion rate dari 1.5% menjadi 4.8% hanya dengan mengganti headline dan memperjelas tombol CTA.
Baca juga : 6 Ilmu Dasar Digital Marketing yang Sering Diabaikan
5. Manfaatkan Retargeting sebagai Mesin Penutup
Pernah dengar istilah “the money is in the follow-up”? Ini berlaku banget di performance marketing. Retargeting adalah senjata pamungkas untuk meningkatkan ROAS.
Jenis retargeting yang efektif:
- Pengunjung yang belum checkout
- Pengguna yang nonton video 50%+
- Orang yang klik tapi nggak beli
- Pelanggan lama yang udah lama nggak beli
Buat iklan dengan penawaran spesifik:
- Tambah urgensi: “Diskon 20% hanya hari ini”
- Tawarkan bonus: “Dapatkan e-book gratis dengan pembelianmu”
- Beri alasan kembali: “Jangan ketinggalan, stok hampir habis!”
Pro tip: Kombinasikan retargeting dengan automation email atau WhatsApp untuk hasil maksimal.
Kesimpulan
Performance marketing bukan soal iklan mana yang paling keren, tapi strategi mana yang paling efisien menghasilkan hasil nyata. Dengan menerapkan 5 strategi di atas—mulai dari targeting yang presisi, funnel yang terstruktur, testing yang disiplin, landing page yang optimal, hingga retargeting yang cerdas—kamu bukan cuma akan meningkatkan ROAS, tapi juga membangun mesin marketing yang scalable dan berkelanjutan.
Mulai hari ini, jadilah marketer yang bukan cuma kreatif, tapi juga data-driven dan growth-minded.
Selamat mencoba, dan semoga ROAS-mu meledak!